Review Film: Transformers Rise of the Beasts

Indonesia — Telah lama dinanti penggemarnya selama separuh dekade sejak Bumblebee (2018), Transformers: Rise of the Beasts jelas akan mendapatkan batas ekspektasi cukup tinggi.
Bukan hanya karena kerinduan yang membuncah dari para penggemar para robot alien ini, tetapi juga jejak Bumblebee yang menuai banyak pujian lima tahun lalu.
Namun untuk saga ketujuh, sutradara Steven Caple Jr bersama tim penulis yang terdiri Joby Harold, Darnell Metayer, Josh Peters, Erich Hoeber, dan Jon Hoeber, memilih menggunakan pola yang serupa dengan film-film sebelumnya.
Transformers: Rise of the Beasts masih menempatkan para karakter manusia sebagai pusat rotasi cerita. Namun, ada dua pendatang baru kali ini, yakni Anthony Ramos sebagai Noah dan Dominique Fishback sebagai Elena.
Pola cerita Transformers 7 pun masih sama dari film-film sebelumnya, yakni Noah dan Elena sebagai dua pemuda yang tak sengaja terjebak dalam seteru para robot gigantik ini.
Review film Transformers Rise of the Beasts: sutradara Steven Caple Jr bersama tim penulis yang terdiri Joby Harold, Darnell Metayer, Josh Peters, Erich Hoeber, dan Jon Hoeber, memilih menggunakan pola yang serupa dengan film-film sebelumnya. (dok. Paramount Pictures via IMDb)
Tak hanya penentuan poros cerita, Transformers: Rise of the Beasts juga memiliki formula serupa untuk sisi visual lewat efek CGI berbujet tak sedikit.
Sebagai luaran terbaru Transformers, Rise of the Beasts tentu menjanjikan tontonan yang memanjakan mata, seru, dan menggugah adrenalin. Dengan catatan, deskripsi tersebut hanya untuk penonton berusia 6-14 tahun.
Siapa bocah yang tidak girang kala menonton robot hewan berukuran raksasa berlarian ke sana ke mari dengan robot mobil raksasa?
Sisi bocah dalam diri saya pun mendadak tergugah sedari awal film, ketika robot king-kong itu berkata dengan serius ingin menyelamatkan alam semesta.
Namun, momen inner child saya yang kegirangan itu tidak berlangsung lama. Saya tersadar bahwa momen semacam itulah yang menjadi urat nadi dari film-film Transformers.
Meski masih pakai pola lawas, Transformers: Rise of the Beasts menawarkan beberapa kesegaran yang patut diberikan apresiasi. Salah satu yang paling menarik adalah referensi kultural tahun 1994 di film ini.
Sebagai film tanpa batasan umur penonton, Transformers 7 menggambarkan era 1994 alias nyaris 30 tahun lalu dengan cukup baik. Film ini memberikan asupan berharga bagi para penonton yang baru saja menginjak usia muda.
Referensi kultural yang patut digarisbawahi adalah pemilihan scoring atau musik latar yang didominasi oleh karya hip-hop klasik di era tersebut, seperti Tupac ataupun Wu-Tang Clan.
Hal itu tentu memberikan hiburan tersendiri bagi saya. Sepengalaman saya, sudah lama sekali film-film blockbuster sejenis Transformers tidak memberikan ruang untuk seniman ikonis yang seringkali kurang dilirik Hollywood macam Tupac.
Baca artikel CNN Indonesia “Review Film: Transformers Rise of the Beasts” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20230609184500-220-959954/review-film-transformers-rise-of-the-beasts.